RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
PASIEN DENGAN TRAUMA KEPALA
TUGAS
INDIVIDU
Untuk memenuhi matakuliah
Keperawatan Medikal Bedah 1
yang dibina oleh Pak Arif Mulyadi, S.Kep.Ns., M.Kep
Oleh
Ilus Fediastari
1201300003
Tingkat 2A
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN BLITAR
JURUSAN KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES MALANG
September 2013
KONSEP MEDIS
LAPORAN PENDAHULUAN
TRAUMA KEPALA
PENGERTIAN
Trauma kepala menggambarkan trauma apapun pada otak yang menghasilkan
perubahan fisik, intelektual,emosional,sosial,/skill. (Joan P. Frizzell,2002)
Trauma Kepala umumnya diklasifikasikan menjadi 2,
yaitu: trauma tertutup maupun trauma terbuka.
·
Trauma
tertutup / trauma tumpul lebih umum terjadi. Hal ini secara khas terjadi ketika
kepala mengenai lapisan keras/tabrakan kepala dengan objek yang berpindah
dengan cepat. Lapisan dura masih utuh dan tidak ada jaringan otak yang keluar
ke lingkungan luar.
·
Trauma terbuka
mengindikasikan adanya terbukanya kulit kepala, tengkorak, lapisan meningen,
/jaringan otak, termasuk dura, dan keluarnya isi tengkorak ke lingkungan luar,
dan memilki risiko infeksi yang tinggi
KLASIFIKASI
CEDERA KEPALA
Klasifikasi cedera kepala ekstrakranial:
1.
Kalvarium: -
kulit, otot tendon, galea,subgalea aponeurotika,tulang
2.
Wajah: kulit,
otot-tendon, orbita, telinga, hidung, mulut
KLASIFIKASI
CEDERA INTRAKRANIAL MENURUT WHO (ICD terakhir)
S.06.0 Kontusio
Komosio
Serebri
S.06.1 Edema
serebri traumatik
S.06.2 Cedera otak difus
-kontusio
-laserasi
Kompresi
traumatik otak
S.06.3 Cedera Otak fokal
-kontusio
-laserasi
-hemoragi
intra serebri traumatik
S.06.4-Perdarahan Epidural
Hemoragi
ekstradural (traumatik)
S.06.5 Hemoragi subdural traumatik
S.06.6 Hemoragia subaraknoidal traumatik
S.06.7 Cedera intrakranial disertai koma prolongata
ETIOLOGI
1.
Transportasi/tabrakan
kendaraan bermotor (penyebab utama)
2.
Jatuh
3.
Kecelakaan
yang berhubungan saat berolahraga
4.
Kriminalitas
dan penyerangan
PATOFISIOLOGI
Otak
dilindungi oleh lapisan kranial (rambut, kulit, tulang, meningen, dan CSF(Cerebro
Spinal Fluid)), yang menahan gaya dari pukulan fisik. Di bawah tingkat dari
gaya(kapasitas absorbsi), lapisan kranial mencegah energi yang dapat
mempengaruhi otak.
Derajat traumatic trauma kepala biasanya sebanding
dengan gaya yang mencapai jaringan kranial.
Trauma
tertutup menandakan adanya percepatan maupun perlambatan yang tiba-tiba/ injury
yang tiba-tiba. Pada injury yang tiba-tiba, kepala dipukul oleh objek yang
relative seimbang, jaringan kranial yang terluka dekat dengan pusat dampak
injury(coup): selanjutnya gaya yang
tersisa mendorong otak melawan ke sisi yang berlawanan pada tengkorak (memilki
daya tahan, ex:pukulan darikanan kepala,daya tahan membuat otak menahan, dan
memberi tekanan ke kranial kiri). Menyebabkan dampak sekunder dan injury
(contrecoup). Kontusi (memar) dan laserasi (robekan) dapat terjadi selama
perlawanan injury(contrecoup) karena jaringan otak halus yang meluncur ke
tulang pada kavum kranial. Dan juga, cerebrum(otak besar) mungkin menahan
luncuran rotasi, merusak otak tengah atas dan area lobus
frontal(depan),temporal(samping), dan oksipital(belakang).
Trauma
terbuka mungkin dapat merembes ke kulit kepala, tengkorak, lapisan meningen
atau otak. Injury kepala terbuka biasanya dihubungkan dengan kraktur tulang,
dan kepingan bagian tulang sering menyebabkan (hematome)
dan tetesan meningeal yang berakibat kelihangan CSF.
TANDA
GEJALA,
Tipe Trauma Kepala
TYPE
|
DESKRIPSI
|
TANDA DAN GEJALA, dan
DIAGNOSIS
|
TEMUAN TEST
DIAGNOSTIC
|
Concussion
(Trauma kepala tertutup)
|
-Pukulan ke kepala cukup keras untuk membuat otak
menghantam tengkorak tapi tidak cukup kuat untuk menyebabkan memar (contusio)
serebral menyebab disfungsi syaraf
sementara.
-Proses penyembuhan beasanya komplet dengan
rentang waktu 24-48 jam
-injuri berulang menimbulkan penumpukan kerusakan
pada otak
|
-Kehilangan kesadaran sesaat, kemungkinan karena
perubahan tekanan tiba-tiba pada area yang mengatur kesadaran, Perubahan
sifat kepolaran neuron,iskemia, penyimpangan struktur neuron
-Pengeluaran zat tubuh dari lokasi injury dan
tekanan injury
-Amnesia Anterograde dan retrograde(pasien tidak
dapat mengingat event yang baru saja dilakukan yang berkaitan dengan
peristiwa traumatic) berhubungan dengan kerasnya
injury.
-Irritabilita/letargi pada lokasi injury dan kompresi
-Perubahan karakter dan tingkah laku karena injury
focal
-mengeluh pusing, mal / sakit kepala hebat karena
injury focal dan kompresi.
|
-Perhitungkan tomografi (CT) menyatakan tidak ada
tanda fraktur, perdarahan, dan lesi sistem syaraf lainnya.
|
Contusio
(Memar pada jaringan otak: lebih serius daripada concussion)
|
-Banyak terjadi pada individu usia 20-40 th.
-Sering mengakibatkan perdarahan arterial
-Darah biasanya terkumpul pada antara tengkorak
dan dura. Injury pada arteri meningeal tengah di parietemporal.
-kadang-kadang meningkat pada sinus vena dural.
|
-Luka hebat kulit kepala akibat injury langsung.
-respirasi bekerja berat dan kehilangan kesadaran
sekunder sampai peningkatan TIK pada memar
-Mengantuk
,Bingung, Disorientasi,Agitasi(memberontak) atau
Peningkatan TIK yang berhubungan dengan trauma
-Hemiparesis(kelemahan) berhubungan dengan
penghentian aliran darah pada lokasi injury
-Decorticate/postural deserebrate dari kerusakan
lapisan luar(cortical)/disfungsi hemisferik
-Respon pupil yang tidak sama dari cabang otak.
|
-CT memeperlihatkan perubahan kepadatan jaringan,
kemungkinann kesalahan tempat pada struktur sekitar, dan bukti dari jaringan
iskemik,hematome, dan fraktur
-Puncture lumbal dengan analisis CSF yang
menyatakan peningkatan tekanan dan darah (tidak
dilakukan bila hemoragik )
-rekaman EEG pada area memar menampakkan
abnormalitas melalui kenampakan tingginya gel. Tetha dan delta
|
Hematoma
Epidural: perdarahan
yang terjadi diantara tulang tengkorak dan durameter.
|
-percepatan dan perlambatan tabrakan-daya tahan
trauma mengganggu fungsi neuron normal pada area memar.
-injury langsung terjadi pada bagian otak bawah,
karena otak yang terhantam memantul kebawah sehingga terjadi injury,
-otak selanjutnya berpindah dan menghantam ke arah
berlawanan pada tengkorak(acceleration), lalu memantul(deceleration). Otak
mungkin membentur tulang yang menonjol kedalam rongga tengkorak, menyebabkan
intracranial hemoragic/hematoma yang mungkin dapat mengakibatkan hernia.
|
-pingsan sebentar,lalu sadar kembali
-ketidaksadaran periode singkat setelah injury
mencerminkan effect gegar otak,trauma otak, diikuti oleh interval jelas yang
bervariasi sekitar 10-15 menit atau jam,hari, jarang
-sakit kepala parah
-kehilangan kesadaran progressive, tidur dan susah
dibangunkan dan kelemahan pada tanda-tanda neurologis sebagi hasil dari
perkembangan lesi.
-kompresi pada otak melalui lobus temporal
menyebabkan manisfestasi klinik yaitu peningkatan intrakranial.
-keadaan penurunan kesadaran akibat kompresi ba
-Respirasi,awalnya dalam dan dengan usaha
keras,menjadi dangkal dan tidak teratur sebagai dampak dari batang otak.
-defisit motorik kontralateral mencerminkan kompresi
traktus kortikospinal yang melewati batang otak.
-dilatasi pupil pada sisi trauma
-peningkatan TIK
-Perdarahan yang memicu kerusakan neurologis
progressive, dibuktikan dengan dilatasi pupil bilateral,response otak
bilateral,kerusakan nervus 3(okulomotor).
-peningkatan tekanan darah sistemik,penurunan denyut
nadi, koma, respirasi irregular.
-refleks babinski kontralateral dar hematoma.
|
-Anamnesis lebar pupil, kesadaran, kaku tengkuk,
TTV
-Ctscan/MRI mengidentifikasi massa
abnormal/perubahan struktur kranial.
- TIDAK DILAKUKAN
pungsi umbal: cs peningkatan TIK
|
Subdural
hematoma
|
-hemoragik meningeal, sebagai hasil dari akumulasi
darah pada ruang subdural(antara duramater dan arachnoid)
-mungkin akut,subakut,kronis,unilateral/bilateral
-biasanya berhubungan dengan vena pada korteks
serebri. Jarang pada arteri
-hematom akut adalah bedah
|
-sama dengan hematoma epidural namun secra
signifikan awalnya lambat karena perdarahannya bertipe asal dari vena
|
-CT,X-ray,arteriografi,perubahan aliran
darah,penegasan hematoma.
-CT/MRI menyatakan bukti massa/jaringan karsinoma
-CSF berwarna kuning dan kandungan protein relative
rendah(hematom subdural kronik)
|
Hematoma
Intracerebral
|
-Hematoma subakut memilki prognosis lebih baik
karena perdarahan vena cenderung lambat
-Traumatik/gangguan pembuluh darah spontan pada
parenkim otak menyebabkan defisit neurologis, bergantung pada tempat dan
jumlah perdarahan
-Hantaman gaya dari perpindahan otak menyebabkan robekan
pembuluh darah dan perdarahan parenkim.
-lobus Frontal dan temporal merupakan lokasi yang
umum. Trauma dihubungkan dengan hematom intracerebral: sering diakibatkan
sebagai hasil dari hipertensi.
|
-Tidak respon secara tiba-tiba/mengarami periode
cerah sebelum menurun menjadi koma dari peningkatan TIK dan effek masa hemoragic
-kemungkinan defisit motorik/respon cerebri dari
kompresi traktus kortikospinal dan batang otak.
|
-CT/arteriografi cerebral mengidentifikasikan
lokasi perdarahan. Tekanan CSF tinggi, dalam cairan mungkin muncul
darah/xanthochromic(zat warna kuning-kecoklatan)dari hemoglobin yang rusak.
|
Fraktur
Tengkorak
|
-4 tipe:linear, comminuted, menekan, seperti batang
-Fraktur anterior dan fossae tengah dihubungkan
dengan trauma kepala parah dan lebih umum pada fossa posterior.
-Hantaman kepala menyebabkan 1/lebih tipe fraktur
kepala. Mungkin tidak menjadi masalah kecuali kalau otak terkena patahan
tulang yang mengenai jaringan neuron.
|
-Kemungkinan asymtomatik berhubungan dengan dasar
trauma otak.
-Perpindahan struktur tulang berhubungan dengan
fraktur yang parah.
-disfungsi sensori motorik dan nervus kranial
berhubungan dengan fraktur wajah
-Orang dengan fraktur tengkorak basilar fossa
anterior mungkin memilki gangguan periorbital.anosmia(kehilangan penciuman,
kerusakan nervus kranial 1) dan abnormalitas pupil(kerusakan nervus kranial 2
dan 3)
-CSF rhinorrhea(kebocoran cairan pada telinga),
CSF otorrhea(kebocoran CSF melalui telinga), hemotympanium(akumulasi darah
pada membran tympani), Ecchymosis(perdarahan kecil) pada tulang
mastoid(Battle sign). Paralisis wajah(injury pada nervus cranial 7)
berhubungan dengan fraktur tengkorak basilar fossa tengah.
-Tanda-tanda disfungsi medula seperti
cardiovaskular. Dan gagal napas berhubungan dengan fraktur tengkorak basilar
tengkorak posterior.
|
-CT/MRI menunjukan hemoragi intrakranial dari
pembuluh darah yang ruptur dan bengkak.
-X-ray tengkorak mungkin dapat menunjukan fraktur.
-Puncture lumbal dikontraindikasikan
dengan lesi yang meluas
|
DIAGNOSIS
Sudah diterangkan secara lengkap dalam tabel diatas
PENATALAKSANAAN
MEDIS
Penatalaksanaan
bedah meliputi:
·
Amankan
Hematoma/craniotomy untuk meningkatkan/memindahkan serpihan-serpihan yang dapat
melukai otak, dan kumpulkan zat asing dan jaringan negatif, dengan cara
demikian mengirangi risiko infeksi dan kerusakan otak lebih lanjut dari
fraktur.
PENATALAKSANAAN
KEPERAWATAN
Penatalaksanaan
penunjang meliputi:
Observasi
secra mendalam untuk mendeteksi perubahan status neurologis yang mempengaruhi
kerusakan lebih lanjut/perluasan hematoma,
·
Pembersihan
dan penghilangan lukan yang dihubungkan dengan fraktur tengkorak.
·
Obat diuretik,
ex: Manitol.dan kortikosteroid ex: dexamethason, diberikan untuk menguragi
edema serebri
·
Analgesik, ex:
Acetaminophen, diberikan untuk meredakan keluhan sakit kepala,
·
Antikonvulsant,
ex:phenitoin, untuk mencegah dan mengobati kejang.
·
-dukungan
respirasi, termasuk ventilasi mekanis dan Tuba endotrakeal, diberikan sebagai
indikasi untuk gagal napas dari kerusakan batang otak(medula oblongata)
·
Antibiotik
Prophylactic diberikan untuk mencegah awal meningitis dari aliran CSF yang
dihubungkan dengan fraktur kepala.
PENCEGAHAN
-Gunakan Safety belt ketika
mengendarai kendaraan bermotor
-Selalu
lindungi anak anda dengan menggunakan safety
seat, booster seat, seat belt (sesuai tinggi, berat dan umur anak) pada mobil.
-Jangan
pernah mengendara saat dalam pengaruh alkohol/obat
-Gunakan
helm dan pastikan anak anda menggunakan helm saat:
-Mengendarai
sepeda, sepeda motor.
-Bermain
olahraga type berkelompok, misalnya: sepak bola, hookey, tinju.
-Bermain
skateboard
-Melempar
dan bermain baseball/softball
-Menunggang
kuda
-Bermain
ski/ papan luncur es
-Mencegah
jatuh ketika di rumah, melalui:
-Menggunakan
anak tangga ketika menangkap objek yang tinggi.
-Memasang
pegangan anak tangga untuk menuju lantai 2
-Memasang
pengaman pada jendela untuk menjaga anak dari risiko jatuh, saat
jendela terbuka.
-Menggunakan
pagar pengaman pada atas loteng
-Menghindarkan
bahaya jatuh seperti: selimut yang terurai, maupin kabel yang
Berantakan.
-Menggunakan
mattras kesat(anti slip) pada kamar mandi.
-Meletakkan
pegangan pada toilet dan tub shower
-Menjaga
program kesehatan teratur, keseimbangan, dan koordinasi
-Periksa
kedokter secara berkala mengenai kesehatan mata mengurangi risiko
jatuh.
-Pastikan
permukaan tempat bermain anak terbuat dari bahan yang menyerap (anti
selip), misalnya, pasir, kayu, jerami/rerumputan.
-Jaga
anak dari lengan sofa yang keras.
(CDC: Centre for Disease Centre and
prevention). Departement of Health and
Human Services Centre for Disease Control
and Prevention.
-Penggunaan
Helm
-Penggunaan
sabuk pengaman (savety belt)
KOMPLIKASI
KOMPLIKASI BEDAH: Hematom Intrakranial, Hidrosefalus, Subdural
Hematoma
Kronis,
Cedera Kepala Terbuka, Kebocoran CSF
KOMPLIKASI
NON-BEDAH: Kejang post traumatik, Infeksi, Gangguan
Keseimbangan cairan dan elektrolit,Gangguan GI
tract. Neurology Pulmonary Edema(NPE)
Pengingkatan ICP(Intra Cranial Presure)
Infeksi
(pada trauma terbuka)
Depresi
respiratori dan Gagal Napas
Hernia Otak
Lesi pada
tingkat sel
Epilepsi
Book:
Joan P. Frizzell,RN, PhD. 2002. Handbook
of Pathophysiology. Philadelphia:
Sringhouse
Corp.
Soemarmo Markam,dkk. 1999. Cedera Tertutup Kepala. Jakarta: FK UI
Iskandar J. 2004. Cedera Kepala. Jakarta: Bhuana Ilmu
Populer
KONSEP KEPERAWATAN
RENCANA
ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
1.
Dapatkan riwayat
terjadinya
·
Kapan cedera
terjadi
·
Apakah yang
bersangkutan mengalami tidak sadar? Bila ya, berapa lama?
Kontusio diperkirakan terjadi bila individu pada
awalnya sadar diikuti dengan trauma kepala tertutup dan kemudian menunjukan
penyimpangan progressif pada tingkat kesadaran, direntang dari letarghi sampai
koma. Konkusio dicurigai bila individu melaporkan kehilangan kesadaran kurang
dari 20 menit, menunjukan tak ada defisit neurologis fokal, kembali kesadaran
dengan cepat.
2.
Lakukan
pengkajian neurologis cepat:
-Tanda perangsangan meninges: test kaku kuduk(kontraindikasi:
fraktur/dislokasi servikalis), test brudzinki, kernig, lassegue.
-Nervus kranial
-Pemeriksaan motorik
-Pemeriksaan sesibilitas
-Pemeriksaan fungsi vegetatif
3.
Amati kepala
dan belakang kepala bila terjadi luka/edema
4.
Periksa
telingan dan hidung kalau kemungkinan ada darah/cairan bening yang keluar. Bila
ada, gunakan kertas tes diabetik untuk memeriksa ada/tidaknya CSF. Bila test
glukosa positif menunjukan CSS.
5.
Pemeriksaan
diagnostik:
-Sinar X kepala dan servikal untuk mendeteksi lokasi dan parahnya fraktur
-Ctscan untuk mengenali adanya hematoma intrakranial
-Punsi Lumbal untuk memastilam adanya meningitis bila pasien memperlihatkan
tanda-tanda iritasi meningeal(demam,kejang,rigiditas nukal)
6. Bila pasien sadar dan orientasinya penuh. Kaji respons pasien terhadap
kondisi dan pemahamannya tentang kondisinya serta rencana penanganannya.
-Foto rontgent polos
-Angiografi
-Scan Tonografik
-EEG
Book:
Barbara
Engram.1999. Rencana Asuhan Keperawatan
Medikal Bedah. Jakarta: EGC
ANALISA
DATA
Didapatkan dengan memprioritaskan
dan mengelompokkan dari hasil pengkajian.
DIAGNOSA
KEPERAWATAN AKTUAL,RISIKO
DIAGNOSA AKTUAL: Nyeri akut
Berhubungan dengan faktor: Cedera Kepala
Batasan Karakteristik: Keluhan sakit kepala, merintih, meringis.
Hasil yang diharapkan: Menunjukan terbebas dari rasa tidak nyaman
Kriteria Evaluasi: Individu Mmenyatakan tidak sakit kepala, ekspresi
wajah rileks,
tak ada merintih
INTERVENSI
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1.
Berikan
analgetic sesuai program bila perlu, dan evaluasi efektivitasnya,\. Hindari
penggunaan Narkotika.
|
1.
Analgesik
menghambat jaras nyeri. Analgesik narkotik menutupi tanda-tanda perubahan
neurologis.
|
2.
Pertahankan
tirah baring di tempat tidur dengan posisi setengah duduk sesuai program.
|
2.
Tirah
baring mengurangi pemakaian oksigen jaringan. Posisi setengah duduk membantu kelancaran
drainase vena dengan gravitasi dehingga mengurangi risiko meningkatnya TIK.
|
3.
Bila
sakit kepala tidak teratasi dengan analgesik dalam 4 jam/lebih buruk,
evaluasi terhadap gangguan neurologis tambahan. Kemudian beri tahu dokter.
|
3. Merupakan indikasi meluasnya lesi intrakranial
|
4.
Pertahankan
lingkungan yang tenang dan ruangan yang redup
|
4.Stress akan memperberat sakit kepala dan
menyebabkan kejang.
|
DIAGNOSA RISIKO: Risiko Tinggi terhadap ketidakefektifan bersihan
jalan napas
Berhubungan
dengan faktor: Gangguan tingkat kesadaran
Batasan Karakteristik: Analisa gas darah tidak normal, terdengar ada cairan
pernapasan, batuk tidak efektif, Hasil yang diharapkan: Jalan napas
tetap berfungsi baik.
Kriteria Evaluasi: Analisa gas darah dalam batas normal, bunyi napas
bersih, frekuensi napas 12-24 kali permenit, warna kulit normal
INTERVENSI
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1.
Pantau
keadaan neurologis setia 2-4 jam. Bila ada tanda-tanda kenaikan TIK, beri
tahu segera ke dokter dan lakukan tindakan secara tepat.
|
1. Edema serebral ada perdarahan intrakranial
memungkinkan meningkatnya TIK
|
2. Pertahankan puasa sementara kesadaran terganggu
|
2. Mencegah Aspirasi
|
3. Beri tahu dokter segera dan lakukan tindakan
secara tepat bila terjadi kejang.
|
3. Aktivitas kejang meningkatkan metabolisme
serebral, yang mengakibatkan vasokonstriksi dan dengan demikian mengurangi aliran
darah serebral. Iskemia serebral dapat terjadi bila aliran darah serebral
tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolisme otak.
|
4. Bila tingkat kesadaran terganggu dan analisa gas
darah terganggu analisa darah menunjukan hipoksia (PaO2) kurang dari 60 mmHg,
berikan o2 tambahan sesuai program. Gunakan oksimetri nadi untuk memantau
oksigenasi secara terus menerus.
|
4. Hipoksia menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah serebral,
yang memberi andil pada meningkatnya TIK.
|
Book:
Robert P. Granacher, Jr. 2008. Traumatic Brain Injury 2nd Edition. USA: CRC
Press.
GLOSARIUM
Interval lucid: Masa
sadar setelah pingsan hingga kesadaran menurun lagi.
DAFTAR
RUJUKAN
Robert P.
Granacher, Jr. 2008. Traumatic Brain
Injury 2nd Edition. USA: CRC Press.
(e-book)
Barbara Engram.1999. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah.
Jakarta:
EGC
Joan P. Frizzell,RN, PhD. 2002. Handbook
of Pathophysiology. Philadelphia:
Sringhouse
Corp. (e-book)
Soemarmo Markam,dkk. 1999. Cedera Tertutup Kepala. Jakarta: FK UI.
Iskandar J. 2004. Cedera Kepala. Jakarta: Bhuana Ilmu
Populer.
(CDC: Centre for Disease Centre and
prevention). Departement of Health and
Human Services Centre for Disease
Control and Prevention. (pdf)
0 komentar:
Posting Komentar